Asahan – Kabar73.com || Syahrizal (53) menyadari sepenuhnya bahwa kebaikan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah dinikmatinya merupakan bentuk nyata dari gotong royong dari seluruh peserta JKN yang ada di wilayah Republik Indonesia. Tanpanya, Syahrizal tidak akan dapat melaksanakan cuci darah secara rutin sebagaimana adanya selama ini.
“Kalau bukan karena program JKN, rasanya pasti sulit sekali. Saya masih harus lakukan cuci darah ini 2 kali dalam seminggu. Bayangkan saja jika saya bukan peserta JKN, untuk sekali cuci darah itu rata-rata membutuhkan Rp1.000.000,- sampai dengan Rp 1.700.000,- kalau di rumah sakit swasta. Kalau di rumah sakit pemerintah mungkin lebih murah ya. Bayangkan saja jika saya harus menyediakan paling tidak biaya sebesar Rp8.000.000,- setiap bulannya hanya untuk biaya cuci darah saja. Aduh mau cari uang sebanyak itu dimana,” tutur Syahrizal saat berbincang bersama wartawan, Kamis (15/6/2023).
Syahrizal merupakan peserta JKN dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) yang terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Agama. Diakuinya gaji yang diterimanya sebagai PNS tidak akan cukup untuk membiayai pengobatan cuci darah yang harus dilakukannya secara rutin ini, itu sebabnya dia sangat bersyukur akan hadirnya program JKN ini.
“Bahkan kalaupun ditambah dengan gaji istri saya juga masih tidak akan cukup, itu sebabnya kami bersyukur sekali akan keberadaan program ini. Kalau dulu namanya Askes ya, sekarang sudah berubah menjadi Program JKN yang cakupannya juga lebih luas untuk seluruh lapisan masyarakat,” ujar Syahrizal.
Dia mengakui bahwa saat ini dia masih harus rutin mengkonsumsi obat-obatan untuk menstabilkan kondisi kesehatannya. Bahkan terkadang Syahrizal harus menjalani transfusi darah kalau kondisinya sedang tidak sehat. Nanti proses hemodialisanya akan dilakukan kembali apabila kondisinya sudah stabil.
“Selain rutin cuci darah 2 kali dalam seminggu, saya juga masih harus rutin minum obat yang sudah diresepkan dokter untuk diminum setiap hari. Bahkan kalau drop, harus dirawat untuk transfusi dulu,” tuturnya.
Syahrizal secara rutin menjalani proses cuci darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H. Abdul Manan Simatupang. Diakuinya pelayanan yang diterimanya sangat baik. Baik dari alat hemodialisa yang digunakan hingga tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan. Dia tidak merasakan adanya perbedaan yang diterimanya karena dia terdaftar sebagai Peserta JKN.
“Pasien hemodialisa di RSUD H. Abdul Manan Simatupang bisa dikatakan cukup beruntung karena pihak rumah sakit sudah menggunakan metode single use dyalizer untuk proses cuci darah. Jadi kami merasa lebih aman dan lebih nyaman juga,” ujarnya.
Hemodialisa single use dyalizer merupakan layanan cuci darah yang menggunakan selang sekali pakai, baik untuk selang hemodialisis maupun dialiser. Sehingga begitu selesai dipakai oleh satu pasien, maka tidak akan digunakan lagi untuk pasien yang lain. Sehingga sudah pasti lebih terjamin kebersihannya.
Darma L. Efendi sebagai penanggungjawab layanan hemodialisa di RSUD H. Abdul Manan Simatupang juga mengaku cukup berbangga dapat melayani pasien hemodialisa dengan lebih baik lagi.
“RSUD H. Abdul Manan Simatupang tentunya bersyukur bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pasien hemodialisa dengan penggunaan metode hemodialisa single use dyalizer. Tentunya metode single use dyalizer ini memberikan lebih banyak manfaat baik kepada pasien yang menjalani perawatan hemodialisa. Sejauh ini, peserta JKN yang sudah menggunakan single use dyalizer lebih merasa nyaman dan aman. Tingkat kekhawatiran mereka juga jauh berkurang. Rasanya ini merupakan hal yang baik. Baik bagi pasiennya sendiri maupun keluarga pasien,” tutur Darma. (red)