Medan – kabar73.com || Harga cabai rawit merosot selama Ramadan, bahkan terendah hingga mencapai Rp 13.000 per kilogram. Sementara di Asahan, Tanah Karo dan Langkat, harga cabai rawit di angka Rp 15.000 per kg. Sementara di Medan dijual dengan harga Rp 20.000 per kg.
Sebelumnya, harga cabai rawit di Sumut mencapai Rp 30.000 per kg. Namun dalam beberapa pekan terakhir, harga komoditas ini terus turun.
Kasi Pengendalian Barang Pokok Harga dan Promosi Disperindag Sumut Iskandar Zulkarnaen mengungkapkan bahwa anjloknya harga cabai rawit lantaran daya beli masyarakat yang menurun, ditambah dengan kondisi musim panen di beberapa daerah sentra produksi cabai.
“Ada dua faktor penurunan harga ini yaitu permintaan pembeli yang turun dan juga saat ini lagi musim panen. Kabupaten Dairi jadi yang terendah ini sampai Rp 13 ribu kilogramnya,” ungkap Zulkarnaen Kamis (6/4/2023).
Melihat fenomena ini, Ekonom Sumut Gunawan Benjamin menilai terjadi dinamika pasar yang tak biasa di bulan Ramadan tahun ini.
“Observasi yang saya lakukan pada bulan November dan Desember ke petani. Banyak petani khususnya petani cabai yang mulai bercocok tanam dengan menaruh harapan akan ada kenaikan harga, karena permintaan tinggi di bulan Ramadhan hingga Idul Fitri. Pola tanam serentak seperti itu telah memicu terjadinya peningkatan stok yang membuat cabai dijual di kisaran Rp 18.000 per kg,” ujar Gunawan.
Dengan kondisi harga saat ini, Gunawan melihat petani yang merugi lantaran tak dapat menutup biasa produksi dengan harga pasaran yang rendah.
“Padahal, idealnya harga yang bisa mengcover biaya tanam dan memberikan keuntungan bagi petani cabai adalah Rp 25.000 lebih di tingkat pedagang pengecer. Jadi harga cabai sekarang ini benar-benar merugikan petani, karena bisa saja petani mendapatkan harga Rp 10.000 atau di bawahnya pada saat ini,” tuturnya.
“Sejumlah pedagang juga mengatakan bahwa harga sayur-sayuran di ramadahan ini tidak mengalami lompatan harga seperti yang terjadi sebelumnya. Sehingga saya berkesimpulan bahwa penurunan harga saat ini lebih dikarenakan stok barang yang memang dirancang banyak sedari awal, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan,” lanjutnya.
Terkait hal ini, Gunawan mengatakan tren harga akan kembali pulih setelah nantinya akan ada pengaturan untuk stok yang dilakukan oleh petani.
“Jadi nanti akan ada pengaturan ulang produksi dan stok (balancing) yang dilakukan oleh petani atau peternak. Sehingga harga akan kembali digiring sesuai dengan harga keekonomiannya,” pungkasnya. (red)